29 May, 2009

Dari Komuniti Alumni ESQ- Jangan Putus Asa

JANGAN PUTUS ASA
Prof.DR.H. Nasaruddin Umar,MA

Kita semua pasti pernah mengalami kesusahan. Tak ada diantara kita yang
tak pernah sedih, kecewa dan putus asa. Tapi kemudian janganlah larut
dalam kesedihan,kekecewaan dan putus asa, bangkitlah kembali.
Semangat pantang menyerah dapat mengalahkan segalanya. Kalau kita
melihat keatas,lantas mengukur musibah yang begitu besar yang kita
rasakan, maka memang besar sekali musibah itu. Tapi kalau musibah
yang menimpa kita itu kita lihat kebawah, ternyata kita masih boleh
bersyukur, karena masih banyak orang yang lebih menderita dari
diri kita. Kerana itulah, kepala ini janganlah selalu mendongak
keatas. Itulah hikmah dari sujud yang kita lakukan. Kita sujud
dengan cara melihat kebawah. Hanya orang yang suka melihat kebawah
yang boleh bersyukur. Sebaliknya, orang yang senang melihat keatas
biasanya sulit bersyukur. Salah satu hikmah bersujud adalah mengajak
kita untuk menengok kebawah.

Ada dua respon terhadap kesusahan/kesedihan. Sama-sama ditimpa
suatu persoalan yang sama, tetapi orang yang satu mengatakan
“alhamdulillah”, sementara lainnya marah-marah kecewa. Inilah
pentingnya keimanan. Tanpa keimanan, persoalan itu akan menjadi besar.
Tapi dengan keimanan, sebesar apapun persoalan yang dihadapi,
semuanya akan menjadi kecil. Orang yang beriman jatuhnya berkali-kali,
tapi naiknya juga berkali-kali. Jatuh disatu tempat, akan diterima
ditempat lain. Tapi orang yang lecewa, jatuh disatu tempat itu
seperti masuk ke dalam Lumpur, sehingga takkan pernah naik kembali.
Ada juga yang mengalami kesusahan, tetapi mampu bangkit dan kembali
seperti semula, bahkan bisa melebihi keadaan semula. Asalkan kita mau
belajar dari kehidupan ini, kita takkan jatuh dilubang yang sama.
Insya Allah selagi pernafasan kita masih keluar dan masuk,
maka akan ada peluang untuk maju.

Dalam Islam tidak dikenal istilah “istirahat”. Memang kita perlu istirahat
didalam pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan otot dan otak, tetapi tidak
ada istirahat untuk aktiviti yang memerlukan energi spiritual. Jika
dilatih maka energi spiritual itu semakin matang , sehingga akan
semakin kuat. Lihatlah para sufi, semakin mereka berumur, mereka
semakin matang. Hal ini karena ia semakin dekat dengan Tuhan.
Allah tidak pernah menimpakan kepada hamba-Nya apa-apa yang tidak
sanggup di pikulnya. Semua itu sudah diukur oleh Allah. Kalau jiwa ini
besar maka sebesar apapun persoalan yang dihadapi, semuanya itu akan
tenggelam. Tapi kalau jiwa ini kecil, sekecil apapun persoalan itu,
baginya akan terasa besar. Persoalannya kemudian adalah bagaimana
membesarkan jiwa ini? Bagaimana agar jiwa ini tidak kerdil? Bagaimana
melapangkan dada ini? Bagaimana agar dada ini tidak menjadi kecil?
Ibarat air didalam gelas yang awalnya bening, jika di tetesi setitis
tinta hitam, maka secepat itu airnya berubah menjadi hitam. Tapi kalau
airnya seluas samudera, jangankan setetes tinta, setangki tintapun
takkan mampu mengubah warna air samudera. Begitu juga dengan
diri kita. Kalau dada kita hanya sebesar gelas, ketika tersinggung
sedikit saja, maka air muka kita menjadi merah padam atau hitam pekat.
Tapi kalau dada kita seluas samudera, sebesar apapun permasalahan
yang kita hadapi, kita akan selalu tenang menghadapinya, dan
senantiasa optimis menghadapi segala persoalan hidup.

Adalah kesalahan besar jika kita berpikir dan meyakini bahwa kita takkan
pernah menghadapi keterpurukan didalam kehidupan ini. Jika ada yang
berpikiran bahwa ia akan selalu berhasil, cara berpikir seperti itu
tidak realistis. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mudah terserang
stroke, karena membayangkan bahwa kehidupannya akan selalu berjalan
sempurna. Seolah-olah kehidupan itu akan datar begitu-begitu saja,
ataupun akan selalu naik mendaki. Tapi bagi yang berangggapan bahwa
kehidupan ini fluctuate (selalu berubah naik turun), maka ketika
hari ini mendapat kekecewaan maka ia yakin bahwa hari esok akan
lain lagi kenyataannya.

Bagi orang yang beriman, jika dia mendapat suatu musibah, maka
menurutnya itu adalah tanda bukti cinta Tuhan terhadapnya.
Sebaliknya, kalau ia mandapat nikmat, maka menurutnya itu adalah
suatu cubaan dari Tuhan. Jadi, ia takkan pernah merasa mabuk
atas adanya kemewahan, dan takkan pernah merasa kecewa atas
adanya musibah yang menimpanya. Inilah yang dimaksud dengan
al-faqir, yaitu selalu merasa fakir tak memiliki apa-apa
dihadapan Allah.

Kita tidak perlu meratapi masa lampau karena tak ada gunanya.
Kita harus melihat kedepan. Insya Allah orang yang mempunyai
tujuan hidup, maka hidupnya akan optimis. Agama mengajarkan,
orang yang bekerja separuh hati akan mengalami kelelahan hidup.
Tapi orang yang bekerja dengan sepenuh hati, dia takkan pernah lelah.
Kelelahan adalah tanda-tanda orang yang bekerja secara tidak ikhlas
dan setengah hati.