08 July, 2008

Al kisah Ceritera Yang Sama





Maka bermohonlah Sinaga kepadaku mengalunkan irama yang romantik dalam puisiku untuk santapan rohani di malam itu. Lalu tidaklah hamba berniat menghampakan hasrat yang tertanam di hati seorang teman lama. Tujuh hari berlalu siang berganti malam dan malam berganti siang tiada juga ilham itu datang kemari.
Maka dalam kesedihan yang semakin berlarutan itu dipujuklah hati yang lara supaya bersuara lalu menjelmalah kisah diri dalam Ceritera Yang Sama.
Ceritera Yang Sama. Sungguh istimewa kerana lahir dalam perasaan silaturahim, cinta kasih dan sayang yang hilang. Terjalin dalam dua bentuk sastera merentas dua zaman menjadi satu dalam rasa dan jelmaan kisah benar!
Dideklamasi buat pertama kali di Maskara 9. 5 Julai 2008. Di rumah PENA.
Ceritera Yang Sama

Ulek mayang ku ulek
Ulek dengan jala jemala
Ulek mayang diulek
Ulek dengan tuannya puteri

Kusut, pedih, sakit
Sengsara, buntu, kalut
Sesal itulah jaring-jaring rasa
Yang telah kau tebarkan padaku
Tanpa kau sadari rasa yang sebati itu
Kini sedang menjalar persis racun dalam darahku
Kian hari kian melata ke segenap saraf ku yang semakin halus
Dan terasa dagingku semakin rapuh kerana bisanya

Bagai terlupa saat ini pasti akan datang
Suatu waktu hati ini kau pandang dengan besar matamu
Dan kau ambil perlahan-lahan hingga semuanya tiada lagi padaku
Aku akhirnya tinggal jasad yang rohnya telah kau bawa
Hidup di alam buanamu yang indah dan mewangi
Pohon kasih itu kini telah cantik berbunga berwarna warni
Seharum kasturi aromanya segar merebak tanpa sempadan
Menjalar di pohon awan yang makin melangit
Dindingnya tiada tersentuh dek luasnya

Sekelip mata keasyikkan itu aku bagai terngadah
Jatuh dari puncak istana cinta mu
Kepalaku tersandung pagar duri curigamu
Dadaku terhempap tiang angkuhmu
Tergapai-gapai aku menerawang mencari tempat berpaut
Walau aku sedar pasti parah jika aku ke dasar sesaat nanti

Dalam kemanguan aku kembali ke dalam jasadku yang normal
Pedih rasanya setiap juzuk tubuh ini
Menerima realiti mimpi indah bersamamu
Memaksa aku bangkit dari lena yang entah bila aku tidur

Sayang
Mengapa perlu sepantas itu kau bakar semuanya
Api itu tidak bisa memadamkan segalanya yang telah menjadi sejarah
Debu-debu itu walau berterbangan tapi tidak bisa hilang dari pandangan
Dan aku tidak semudah itu dapat melupakan jerih bersamamu
Katakan keji aku kah atau alam yang kejam padamu
Sehingga memaksa semuanya berakhir
tanpa kita sempat setuju mengalas noktah itu ke tempatnya
dan kau akhirnya memainkan wayang tanpa suara
sehingga aku gagal mencari kesempurnaan aku.

Ungkapkanlah jangan terus membiarkan taman ini tanpa pohon tanpa bunga
Tanpa warna tanpa wangi haruman kasturi seperti dahulu
Naluri kita sama mengapa begitu jelek kau harus menerima aku
Jangan aku dibebani dengan seribu teka teki
Mencari jawapan dalam cerita seribu satu malam ini
Aku bisa menjadi dungu

Sayang
Kita tidak pernah berbeda
Dan kita tidak pernah ada sempadan
Rambut kita sama hitamnya

Sayang maafkan aku
Kerana tidak bisa membantu dalam kebisuan ini
Cerita kita makin ke penghujungnya
Kita akhirnya ke mana dengan bicara sepi ini
Pergi tidak terhidu hilang tidak terpandang
Aku kebingungan dalam kesakitan yang teramat sangat.

Bukanku seru padamu sang puteri
Bukanku puja padamu sang mayang
Dua kisah dalam satu lagu abadi dalam irama warisan
Lenalah kau di situ sehingga kau bersuara dan menjelma kembali

Ku tahu asal usul mu
Yang laut balik ke laut
Yang darat balik ke darat
Nasi berwarna hamba sembahkan
Umbok mayang ku umbok
Umbok dengan jala jemala
Pulih mayang ku pulih
Pulih balik sedia kala

Enchelah
(4 Julai 2008)
*karya dan hakcipta penulis